Senin, 01 Maret 2010

The Character Builder, Menggagas Eksistensi Sekolah sebagai Tempat Pendidikan Watak

1. Pengantar

Lewat Lectio Brevis (22/7), Rm. M. Hadisiswoyo SJ sebagai Kepala Sekolah SMA Seminari Mertoyudan menyampaikan cita-citanya akan keberadaan dan sepak terjang Seminari ini sebagai sebuah komunitas. Beliau menegaskan pentingnya Seminari sebagai The Moving School, komunitas yang selalu bergerak maju, tidak mengembara, berhenti, maupun berputar di tempat. Salah satu hal yang ingin dicapai adalah dengan menjadikan Seminari ini sebagai The Character Builder (pendidik watak).

Rektor SMA Seminari, A. Gustawan SJ dalam kesempatan yang sama juga menandaskan pentingnya seminari sebagai The Character Builder, di samping sebagai pendidikan calon imam. Salah satu hal yang diungkapkan dengan tegas dan jelas adalah dengan menjadi “Seminaris HEARS”

Kedua pemimpin tertinggi di seminari tersebut telah bekerja keras untuk merumuskan visi dan misi seminari ini sedemikian rupa. Maksud yang ingin dicapai jelas, yaitu agar para seminaris yang bersekolah di seminari ini tidak hanya menguasai kecerdasan intelektual, namun juga kecerdasan yang lain. Dengan kata lain, seminari ini diharapkan tidak hanya mampu mencetak gold yang memang sudah berupa gold, tetapi juga mengubah garbage menjadi gold. Cara yang ditempuh bervariasi, namun tetap berdasarkan visi dan misi yang telah diungkapkan dalam Lectio Brevis. Pamong Umum Seminari, P. Supriya Pr, mengungkapkan salah satu caranya yakni ”Gandrung Akan Keunggulan”. Di mana pun, kapan pun seminaris dituntut untuk gila mutu, agar dapat meraih hasil maksimal.

2. Seminari: The Character Builder

Dengan demikian, seminari ini ingin memposisikan diri sebagai alat pencetak calon imam yang berkepribadian baik, bermutu, dan cerdas dalam berbagai hal. Hal ini senada dengan arus perkembangan jaman yang cenderung tidak menjadikan intelektualitas sebagai ukuran satu-satunya mutu suatu sekolah. Dan itulah yang sekarang ini justru menjadi ukuran sekolah yang bermutu tinggi.

Sekolah yang juga mementingkan kepribadian siswanya masih relatif sulit ditemukan di negeri ini. Padahal, para pelajar, yang notebene masih remaja, menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Mengingat bahwa remaja masih sensitif terhadap berbagai pengaruh dari luar, maka sekolah menjadi salah satu bagian penting bagi dalam proses formatio pelajar. Berbagai pengaruh dan ajaran yang ada di sekolah bisa dilahap mentah-mentah. Mau tak mau sekolah ikut menentukan proses pencarian jati diri siswanya, mengingat bahwa frekuensi terjadinya sangat tinggi.

Seminari sendiri sebagai sekolah berasrama sudah berusaha menjadi The Character Builder sejak lama. Dan seminari sukses memanfaatkan keadaan yaitu memberikan pengaruh-pengaruh baik pada siswanya. Dengan demikian terciptalah manusia pintar nan cerdas. Maka banyak eks atau alumni seminari yang mengaku sukses dalam hidup mereka selanjutnya karena berbagai hal yang telah didapat dari seminari.

3. Pentingnya Character Building

Kita tahu dan sadar bahwa kita sebagai pelajar SMA (yang juga masih remaja) masih mencoba untuk mencari jati diri kita. Berbagai pengaruh dari luar, baik itu baik maupun buruk, bisa masuk begitu saja dan mempengaruhi kepribadian kita. Maka untuk sementara kita perlu mendapat bimbingan dalam hal ini agar tak semua pengaruh bisa masuk, paling tidak sampai kita benar-benar menemukan jati diri kita. Ada apa sich sebenarnya? Sebegitu pentingkah?

a) Arti Kepribadian (Character)

Kepribadian memang merupakan salah satu unsur penting dalam hidup. Namun jarang ada orang yang puas akan kepribadiannya. Semua pasti ingin selalu mengembangkan kepribadian masing-masing. Dan dapat dikatakan pula bahwa hampir seluruh hidup dan perbuatan kita dipengaruhi oleh kepribadian.

Kepribadian itu sendiri sulit diartikan secara pasti. Banyak sekali pengertian yang diungkapkan oleh berbagai pihak menurut pandangan dan pengalaman masing-masing seperti:

· Kumpulan sifat yang kita capai dalam proses menjadi manusia dewasa.

· Hasil karya kita sendiri, tergantung bagaimana kita mengembangkannya.

· .............(terserah, anda boleh mengartikannya menurut anda sendiri)

Manusia tersusun dari tubuh dan jiwa. Sebagai manusia, kita memiliki sifat kemanusiaan yang diberikan Tuhan, seperti tubuh, jiwa, juga berbagai kemampuan yang dapat kita lakukan. Namun hebatnya, tak ada satupun manusia dari dunia ini yang sama persis satu sama lain. Memang terkadang kita sulit mengungkapkan diri kita karenanya. Namun tak usah khawatir, semua itu membutuhkan proses. Yesus sendiri pun juga pernah bertanya pada para murid-Nya,”Tetapi apa katamu, siapakah aku ini?” (bdk. Mat 16:15).

b) Tujuan Character Building

Mungkin pernah timbul pertanyaan dalam benak kita: Mengapa aku harus menata hidupku? Mengapa aku sebaiknya mengembangkan kepribadianku? Untuk apa? Apa sich untungnya?

Sebenarnya ada alasan pokok mengapa kita perlu berbuat demikian: Ya itulah kunci untuk menjadi orang yang seimbang dan dewasa. Tujuan kita itu ya Kedewasaan.

Ingat, dewasa berbeda dengan besar atau tua. Orang yang sudah besar belum tentu dewasa. Pada umumnya, dewasa berarti seseorang yang sudah tumbuh besar sesuai dengan umurnya. Ia mampu memenuhi kebutuhannya secara wajar, bergaul dalam bermasyarakat, dan memecahkan masalah dengan baik.

Kedewasaan juga merupakan hasil usaha kita sendiri. Bagaimana seseorang mengembangkan kepribadian juga berpengaruh pada tingkat kedewasaan orang tersebut. Maka betapa pentingnya mengembankan kepribadian. Dan salah satu kunci untuk menjadi dewasa adalah perkembangan yang seimbang. Untuk itu kepribadian yang solid mutlak dibutuhkan.

4. Tindak Lanjut

Sebagai sekolah yang ingin memposisikan diri sebagai The Character Builder, seminari telah melakukan dan memperhatikan hal-hal tersebut sejak lama. Namun perlu dicermati juga tentang unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kepribadian. Maka baik jika sekolah-sekolah, tidak hanya Seminari Mertoyudan memperhatikan berbagai hal seperti:

a. Tuhan

Tuhan telah mengutus putra-Nya yang terkasih Yesus Kristus sebagai teladan pribadi yang sempurna. Dan kasih Allah beserta dengan curahan Roh Kudus mendorong kita untuk semakin mendekati teladan itu. Maka tiap sekolah hendaknya juga menyisipkan aspek kerohanian dalam berbagai kepadatan kegiatan, tidak terlalu menyibukkan siswa dengan tugas dan targetnya.

b. Agama

Nilai-nilai iman, harapan, dan kasih yang diajarkan seluruh agama memiliki peranan yang sangat penting. Iman memberi keyakinan bahwa kepribadian ideal yang menjadi cita-cita kita adalah benar. Harapan menumbuhkan sikap optimis dalam hidup. Kasih adalah cinta, dan tanpa kemampuan untuk mengasihi dengan tulus, orang tak akan mencapai kepribadian yang dewasa.

c. Keluarga

Keluarga merupakan tempat pendidikan awal dan mendasar bagi manusia baru. Apa yang terjadi beserta pengaruh-pengaruh yang masuk akan sangat berperan. Bahkan hingga memasuki masa remaja pun keluarga tak bisa ditinggalkan dan dilupakan begitu saja. Baik secara langsung maupun tak langsung, keluarga berpengaruh besar bagi perkembangan seseorang.

d. Masyarakat

Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa lepas dari masyarakat. Hampir setiap hari manusia berinteraksi dengan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi cara berpikir, sikap, dan juga nilai-nilai dasar hidup. Namun pengaruh yang masuk perlu dibatasi dan diseleksi. Banyaknya pengaruh buruk (terutama dari media massa) yang ditawarkan bisa merusak kepribadian kita.

e. Sekolah

Dengan banyaknya waktu yang diberikan orang untuk seolah membuat sekolah itu sendiri berperanan besar. Sekarang tinggal bagaimana sekolah itu memposisikan diri sebagai The Character Builder, dengan mengindahkan tingginya frekuensi peristiwa tersebut.

5. Kesimpulan dan Penutup

Sudah jelas bahwa sekarang ini The Character Builder harus ditegaskan. Cara yang paling efektif adalah melalui lembaga sekolah. Hal ini karena mengingat peranan sekolah yang begitu besar dalam membentuk jati diri manusia muda. Maka hendaknya pihak sekolah juga mengusahakan agar pengaruh-pengaruh yang diberikan sekolah yang bersangkutan berupa pengaruh yang baik.

Kita tahu bahwa character building bertujuan dan bermanfaat sangat baik, yaitu membentuk manusia yang tangguh dan berkompeten. Maka baik jika hal itu diadakan di sekolah-sekolah di Indonesia. Cara paling konkret yaitu dengan pengadaan mata pelajaran Kepribadian atau yang sejenisnya.

Seminari sendiri telah memproklamirkan diri sebagai The Character BuilderI. Hal ini dapat terlihat dari berbagai usaha dalam berbagai bentuk yang menunjang pembentukan jati diri manusia muda. Kita bisa menyebut seperti pengembangan diri dalam berbagai aspek, adanya pelajaran kepribadian dan moral, dan berusaha untuk menyeimbangkan berbagai aspek kehidupan.

Bukan hanya untuk seminari saja, melainkan baik jika lembaga-lembaga sejenis juga menerapkan hal yang sama. Aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan kepribadian (seperti kerohanian, ajaran agama, keluarga, masyarakat (sosialisasi), dan sekolah) perlu diperhatikan dengan baik. Jika itu semua berjalan dengan lancar, baik, serta penuh kejujuran, hasilnya pasti akan memuaskan. Ribuan, bahkan jutaan manusia muda Indonesia yang tangguh dan berkompeten akan tercipta. Maka mari, bersama-sama kita mewujudkan impian kita, demi bangsa dan negara Indonesia tercinta!

6. Acuan Bacaan

  1. .Tantangan Membina Kepribadian. Jakarta: Cipta Loka Caraka. 1983.
  2. Hadisiswoyo, Martinus. Seminary: The Moving Sc hool. Mertoyudan. 2008
  3. Gustawan, Antonius. Lectio Brevis Rektor Seminari Menengah Santo Petrus Canisius TA. 2008/2009. Mertoyudan.2008
  4. Supriya, Paulus. Gandrung Akan Keunggulan. Mertoyudan. 2008
  5. Ekaristianto, Conrad. Garbage In Gold Out. Mertoyudan. 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar